Minggu, 04 Februari 2018

SANG PROFESSOR: MENELADANI KEPRIBADIAN BAPAK PROF. DR. SETYA YUWANA SUDIKAN, M. A.




Bapak Prof. Dr.  Setya Yuwana Sudikan, M. A., akrab disapa oleh teman sejawatnya atau teman seperjuangannya di dunia akademisi,  Pak Yu,  sedangkan masiswanya,  Prof. Yu. Namanya telah meng-Indonesia berkat buah pikirnya yang dipublikasikan lewat buku. Di Pulau Jawa,  khususnya di Jawa Timur dalan lingkup birokrasi dan akademisi,  tidak ada yang tidak mengenalnya.  Hal tersebut dikarenakan kecerdasannya karena sering mengisi berbagai acara, baik formal maupun tidak formal. Selain itu,  dikarenakan kebaikannya terhadap semua orang tanpa membeda-bedakan berdasarkan status sosial seseorang.  Selama saya kuliah di Unesa,  bagi saya, Prof.  Yu adalah salah seorang dosen yang unik. Unik karena tidak ada duanya dan tentu karena kebaikannya berbeda dengan dosen lain. 

Ketika saya saya semester 1, ketika kali pertamanya melihat beliau,  saya sangat segan terhadap beliau karena penampilannya yang tegas.  Tidak hanya itu,  saya juga merasa takut karena suaranya ketika berbicara lumayan meras.  Bahkan awalnya saya tidak pernah berpikir untuk menyusun laporan disertasi dibawa bimbingan beliau.  Alasannya,  karena ketegasannya itu bisa saja saya sulit mendekatinya.  Tetapi,  apa yang saya pikirkan terhadap beliau sangat bertentangan dengan kenyataan.  Malah ketika penentuan rencana topik penelitian, saya berkordinasi langsung dengan beliau.  Sebab,  untuk mengkaji penelitian bidang sastra,  tentu harus berhadapan dengan beliau.  Sebab, memang beliau dikenal pakarnya sastra. 

Setelah memasuki masa studi semester 2, saya pun lebih intensif menemuinya dengam maksud bimbingan atas rencana penelitian saya.  Meskipun,  sampai tujuh kali ganti topik karena belum adanya ketepatan teori dan kosnep menurut beliau.  Sedikitpun saya tidak pernah mengalami kesurutan semangat,  sebab saya selalu meyakinkan dalam diri,  bahwa ini adalah proses yang mesti saya lewati.  Apalagi cara membimbing beliau, bagi saya sangat menyenangkan. Selain mengarahkan saya untuk membacaca berbagai referensi yang direkomendasikan,  beliau juga malah meminjamkan bukunya untuk saya rujuk.  Meminjamkan buku kepada saya tidak hanya sekali.  Akan tetapi,  berkali-kali. Bukan saja kepada saya dipinjamkan buku.  Tetapi,  semua mahasiswa bimbingannya.  Bahkan mahasiswa yang bukan bimbingannya pun dipinjamkan bukunya. Beliau berprinsip,  bahwa buku-buku yang beliau beli,  tidak hanya semata-mata untum dipelajari dirinya sendiri dan dijadikan bahan koleksi.  Akan tetapi,  menurutnya,  selain khususnya diajarkan, juga untuk dipinjamkan kepada mahasiswa. Hak tersebut untuk memudahkan kelancaran studi mahasiswa. Menurutnya,  sudah beberapa buku yang dipinjamkan  kepada mahasiswa,  ada yang tidak kembali dengan alasan hilang atau tercecer. Hal tersebut,  tidak menjadikan beliau pantang untuk tifak meminjamkan lagi buku-bukunya kepada mahasiswanya.  Siapa yang butuh buku,  tetap beliau pinjamkan. 


Selama saya dibimbing oleh beliau,  ada beberapa hal yang sangat mengesankan bagi saya. Khususnya dalam hal kebutuhan buku referensi dan "mungkin" beda bagi teman-teman mahasiswa lainnya. 

Ketika itu,  saya sangat membutuhkan sebuah buku yang saya bagi beliau wajib saya baca.  Namun,  buku milik beliau hilang. Di perpustakaan Unesa pun tidak ada.  Bahkan saya sudah search secara online di berbagai perpustakaan online milik kampus ternama di Indonesia,  seperti di UGM,  UI,  Unhas,  Udayana,  Unair,  USU,  dan di UM Malang.  Namun,  tidak saya temukan. Seingat beliau,  buku itu hanya dimiliki oleh seorang temannya yang kebetulan dosen UI yang sudah purnabakti dan sekarang menetap di Malang. 

Ketika itu,  saya berkehendak ke Malang menemui dan meminjam bukua ke dosen teman yang beliau maksud.  Namun,  beliah mencegah saya,  takutnya tidak akan dipinjamkan. Apalagi saat itu saya mendesak tiba-tiba harus pulang ke Sulawesi.  Akhirnya, buku itu pun tidak bisa saya miliki dan baca. 

Beberpa hari setelah saya di daerah,  beliau menelpon, menanyakan alamat lengkap saya di Wajo.  Ternyata,  buku yang yang saya butuhkan,  beliau yang langaung menghubungi temannya itu dan meminta supaya buku itu dicopykan,  lalu dikirim dari Malang ke Surabaya.  Selanjutnya,  buku itu dikirim dari Surabaya ke Wajo.  Sungguh,  luar biasa.  Saya tidak tahu dengan cara apa nantinya saya membalas baik budi beliau.  Ya,  itulah keunikan beliau yang tentu tidak dimiliki oleh orang atau dosen lain.  Hanya Allah yang membalasnya melalui doa-doa yang terpanjtakan dari mahasiswanya termasuk saya. 

Tidak hanya itu kebaikan beliau.  Secara pribadi,  beliau itu sosoknya luar biasa.  Istilah yang sering saya sapakan kepadanya "Prof.  Laris". Artinya, laris karena keseringannya diundang sebagai narasumber di berbagai acara,  baik di dalam kota Surabaya,  maupun di luar kota Surabaya.  Bahkan di luar pulau Jawa.

Bagi saya,  keunikan dan kebaikannya tidak hanya sebatas meminjamkan buku.  Akan tetapi,  sangat dermawan terhadap siapa pun.  Ketika saya makan bersama di kantin,  beliau tidak ingin dibayarkan. Malah dia marah dan ingin beliau yang membayarkan. Bahkan orang-orang yang beliau kenal khususnya pergawai atau temannya sesama dosen,  beliau pun yang membayar. Kali setiap saya ke kampus,  saya sering diajak ke kantin makan dan bahkan sering "ngopi" bersama.  Terkadang,  saya menolak,  namun beliau pun meminta saya untuk menemaninya.

Tidak hanya sebatas itu.  Bagi saya,  selama saya dimbimbing beliau,  saya tidak hanya dijadikan sebatas mahasiswa,  bahkan sebagai asisten pribadi.  Sebab,  kali setiap beliau akan keluar kota untuk menghadiri undangan,  baik memberi kuliah ataupun undangan sebagai narasumber,  saya pun sering diajak menemani dan mendampingi beliau.  Bahkan diangkat sebagai sopir pribadinya. Berkat beliau,  saya mendapatkan banyak pengalaman hidup.  Termasuk berkat beliau saya bisa bertemu langsung dengan beberapa tokoh Indonesia,  Gubernur Jawa Timur,  menteri,  dan sastrawan Indonesia, seperti Fikar D.  Weda, Taufik Ismail,  KH.  ZawaWi Imron,  Calzioum Bahchri, dan sastrawan Indoensia lainnya. 

Selama dibimbing beliau, sudah beberapa kota yang saya kunjungi karena diajak mendampingi sekaligis menyopiri beliau.  Adapun kota yang pernah saya kunjungi bersama beliau,  di anataranya Kota Semarang, Yogyakarta,  Bendowoso, Banyuwangi,  Ponorogo,  Malang,  Pasuruan, dan Pulau Madura. Pokoknya,  banyak kesan dan kenangan sejak bersama beliau.  Bagi saya kepribadian dan sosoknya sangat patut diteladani.  Selama saya bersama beliau,  beliau tidak hanya sebatas mengajarkan pengetahuan berdasarkan ilmu yang saya tekuni dan teliti.  Akan tetapi,  juga mengajarkan berbagai hal,  di antaranya bagaimana menjadi seorang pemimpin yang ideal,  bagaiaman saya berinteraksi dalam lingkungam kerja dan masyarakat, dan bahkan mengajari saya hal-hal yang berbauh politik yang santun.  Luar biasa!  Bagi saya, sejak dimbimbing,  saya tidak hanya menganggap beliau sebatas dosen saya. Akan tetapi,  sebagai orang tua yang tidak pernah berhenti mengajari saya tentang arti sebuah kehidupan.  Beliau bagaikan mata air yang tidak pernah kering ditimba,  karena samgat bermanfaat bagi semua orang.  Sebab,  sebaik-baik manusia ialah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya.



1 komentar:

  1. Pak Yu orang baik. Baik sekali. Beliau juga sangat berjasa dalam perjalanan dan karir saya di pendidikan tinggi. Mulai dari saya masih mahasiswa hingga kini beliau menjadi assesor serdos saya. Terimakasih Pak Yu

    BalasHapus